Selasa, 16 November 2010

Mereka Teladan Pengorbanan

Bencana yang melanda bumi pertiwi tak selalu memilukan. Ada cahaya berkilau di balik timbunan debu dan reruntuhan puing bangunan. Dibalik bencana Tuhan memperlihatkan keajaiban sosok mulia disana.

Mereka, yang harus merasakan hiruk pikuk bencana, tetap bekerja semampunya. Mereka, yang dalam kondisi layak dibantu justru berkorban untuk yang lain. Juga spontanitas kepedulian yang berpijak pada empati dari berbagai anak bangsa di penjuru negeri yang sungguh mengharukan.

Simaklah beberapa kisah keteladanan luar biasa yang direkam warga Yogyakarta tentang sosok ’pahlawan’ tanpa gelar di gegap gempitanya bencana Merapi.

Seorang pedagang kecil ambil tabungan haji, sediakan kebutuhan pengungsi.
Sebuah rumah sederhana berkamar tiga tampung 100 pengungsi Merapi.
Sebuah rencana walimah, anggaran dan berasnya dialihkan ke barak pengungsi Merapi.
Seorang penjual gudheg, sedekahkan dagangan sepekan untuk Merapi.
Juru masak hotel berbintang ambil cuti tiga pekan, layani dapur umum Merapi.
Tukang pijat dan tukang cukur hibahkan keahlian, keliling barak-barak.
Para dokter rela meninggalkan ruang nyaman ber-AC dan keberlimpahan untuk berdebu-debu bersama pengungsi.
Seorang dokter hewan keliling evakuasi ternak, suntikkan nutrisi untuk sapi-sapi.
Pemulia insan nan tak gentar abu dan gemuruh api, yang terus berjuang temukan warga, hidup maupun mati.
Pemuda-pemudi yang kembalikan dirinya jadi kanak-kanak, bermain bersama bocah-bocah pengungsi.
Seorang gadis yang tetap setia menemani dan membantu keluarga dan tetangganya di stadion olah raga dengan menolak tawaran tempat penampungan yang lebih nyaman.

Kisah mengharu biru yang tak menarik untuk diliput. Cerita nyata yang tak muncul di pemberitaan. Fakta tanpa rekayaasa yang luput dari bidikan kamera. Semua Tuhan perlihatkan sebagai bukti bahwa pengorbanan dalam bekerja takkan tersia. Siapa yang berkorban meski dalam sunyi tak bertepi, ia akan mendapat tempat yang mulia.

Sahabat, mereka yang bekerja dan berkorban telah menanam benih kebajikan dalam diri manusia. Benih kebajikan itu akan terus tumbuh dan berkembang karena dipupuk dengan cinta dan kejujuran disana. Bekerja tanpa berkorban laksana pohon yang ditanam tanpa dirawat dan dipupuk. Hasil kerjanya hanyalah karya bisu tanpa makna. Berkorban tanpa kerja hanyalah mimpi memanen buah tanpa menanam pohon.

Kisah pengorbanan mereka menginspirasi yang lain untuk bangkit. Bangkit membebaskan diri dari kesedihan, ketakutan, ketidakberdayaan, egoisme dan perpecahan menuju semanggat kerja keras, kepedulian dan pengorbanan tanpa henti. Mereka yang bekerja dan berkorban selalu menanam keyakinan bahwa cinta dan kejujuran akan menumbuhkan amal mereka. Amal yang terus tumbuh, kokoh dan meluas manfaatnya bagi sesama meski dalam sunyi yang panjang, tanpa nisan tergores nama, tanpa pangkat tersandang, tanpa plakat mengkilat atau tanpa upacara meriah di pemakaman.(siddikthoha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar