Kamis, 21 Oktober 2010

Merawat dengan Curiga

Seorang petani mempunyai adik di kota yang menjadi tukang kebun. Petani ini memiliki kebun yang luas penuh dengan pohon-pohon buah lebat dan bagus. Kemampuan petani merawat kebun dan pohon-pohonnya yang indah terkenal di mana-mana.

Suatu hari petani pergi ke kota untuk mengunjungi adiknya. Dia terkejut pada deretan pohon-pohon yang tumbuh kurus dan merana. Buah itu juga tidak berbuah dan berbunga.

”Adikku," kata sang petani. "Aku akan memberikanmu sebuah pohon mangga, yang terbaik dari kebunku. Kamu, anak cucumu akan bisa menikmatinya kelak."

Setelah pulang ke kebunnya, petani memanggil para pekerja dan memerintahkan mereka untuk mengambil bibit pohon yang sudah tinggi dan mengangkutnya ke kebun adiknya. Tibalah bibit pohon mangga yang yang bagus itu di rumah sang Adik, Keesokan paginya sang adik mulai bertanya-tanya di mana dia harus menanamnya.

Sang adik berbisik pada dirinya sendiri.
"Kalau aku menanamnya di atas bukit, angin dan hujan bisa merontokkan bunga dan buah yang lezat sebelum matang. Jika kutanam dekat ke jalan, orang lewat akan melihat dan buah manggaku yang enak ini. Mereka akan mencuri mangga-manggaku. Tapi kalau aku menanam terlalu dekat pintu rumah, pembantu atau anak-anak mudah sekali memetik buah, nanti buahnya tidak sempat banyak.”

Setelah ia berpikir mendalam, akhirnya sang adik menanam pohon mangga itu di gudang, "Nah…pencuri-pencuri itu tidak akan berpikir untuk mencarinya di sini." Ia mengangguk tanda puas.

Selang beberapa lama, pohon itu belum memberi bunga yang mekar dan buah yang berkembang. Pada tahun pertama dan kedua pohon itu tetap tanpa buah yang diharapkan. Dengan kesal dia mendatangi kakaknya, dan mencelanya dengan marah:

"Kamu telah menipuku. Kamu memberiku sebuah pohon yang tak mau berbuah. Ini adalah tahun ketiga dan belum menumbuhkan apa-apa selain daun!"

Sang kakak lalu berkunjung ke rumah adiknya. Ketika melihat di mana pohon itu ditanam saudaranya, ia tertawa dan berkata:

"Kamu telah menanam pohon di mana udaranya sangat lembab, tidak ada matahari dan kehangatan disini. Bagaimana, mungkin kamu bisa berharap bunga dan buah-buahan?
Kamu telah menanam pohon dengan penuh keserakahan dan perasaan curiga. Bagaimana mungkin, kamu bisa mengharapkan pohon ini bermurah hati padamu dengan memberi buah yang berlimpah? "

****

Sahabat, Seandainya mangga itu adalah seorang anak, murid, staf atau masyarakat yang kita didik, maka dia akan tumbuh sesuai dengan cara kita memandang dan merawatnya. Merawat, mendidik, membimbing atau membina dengan penuh curiga, kekhawatiran yang tidak wajar dan harapan yang berlebihan akan melahirkan “buah” yang justru tidak sesuai harapan.

Kecurigaan, kekhawatiran dan harapan tak wajar tidak akan berbuah kebaikan karena kita menumbuhkannya tidak dengan murah hati. Kemurahan hati lah yang akan memberi limpahan “buah” kesenangan, prestasi, kebanggaan dan kebahagiaan dari apa yang kita rawat.(siddikthoha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar