Jumat, 29 Oktober 2010

Mengakar ke Bumi, Menggapai ke Langit

Oleh : Tyas Effendi dan Achmad Siddik Thoha

Seorang bocah laki-laki mengayuh sepedanya perlahan, menyusuri sebuah jalan setapak panjang. Di belakangnya, duduk seorang gadis yang menikmati senja dengan senang. Di ujung jalan setapak itu terhampar padang rumput yang agak gersang. Tanaman-tanaman liar tumbuh sebebas mereka, memenuhi sudut-sudut tanah lapang. Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya langit biru dan kawanan alang-alang.

Bocah laki-laki itu menghentikan sepedanya di bawah sebatang pohon yang tumbuh sendiri. Kedua bocah itu turun dari sepeda, berjalan mengikuti rambatan bunga alamanda.

Setelah lama bermain-main dengan alam, mereka duduk di bawah pohon, memperhatikan induk-induk burung yang pulang dari pengembaraan. Mendadak angin bertiup agak kencang. Daun-daun kering di atas mereka berguguran. Biji-biji bunga Cottongrass, rumput berbunga putih dan ringan seperti kapas, yang berwarna putih beterbangan ringan. Betapa klasik dan mengesankan.

“Wah, indah sekali. Kemana kira-kira mereka akan terbang?” tanya si anak laki-laki sembari memandangi biji seringan kapas itu.

Si gadis kecil memetik satu di antara rimbun Cottongrass itu, lalu meniupnya pelan, membiarkan biji-bijinya beterbangan. “Mereka akan menjelajah dunia, mencari sudut-sudut yang akan menjadi persinggahan kedua.”

“Merantau ke tanah yang baru?” tanya anak laki-laki itu.

Si gadis kecil menganggukkan kepalanya. “Selagi masih bisa tumbuh, mereka akan terbang bersama angin dan kemudian mendarat di tempat yang lebih baik.”

Lama mereka terduduk di sana, hanya ditemani senja. Akhirnya, bersama dengan matahari yang merangkak tenggelam, sepasang sahabat itu beranjak pulang. Mereka menyusuri padang alang-alang yang luas terbentang. Jalan setapak terlihat semakin panjang. Seberkas impian samar terbayang.

*****

Manusia hidup di dunia ini sebagai pemakmur bumi. Kita diberi kesempatan untuk merasakan alam, juga diberi tugas untuk menjaga alam. Meminjam judul karya seorang sastrawan, Taufiq Ismail, Mengakar ke Bumi, Menggapai ke Langit, kita menemukan ada pesan yang tersimpan di dalamnya. Memanfaatkan hidup di bumi, dunia kita beramal.

Sahabat, seperti Cottongrass yang hidup mengakar dipermukaan tanah, terus menguasai lahan dan memperindah alam. Bunganya begitu menawan dan membuat bumi ini semakin cantik. Ia kemudian mengembara melalui bijinya yang ringan, terbang mencari lahan-lahan baru yang lebih baik untuk melukis keindahan.

Kebaikan disertai iman pada-Nya itu laksana akar yang menghujamkan dirinya ke tanah sedalam mungkin. Kebaikan akan terus ada karena ia mengakar dan terus menumbuhkan tunas-tunas dan biji-baiji baru. Sebaliknya, perbuatan tanpa dasar keyakinan pada-Nya sebesar apa pun yang dibangun, ia akan musnah bak debu di atas batu licin yang terhembus angin. Tak ada sisa, karena Tuhan takkan membiarkan perbuatan dengan niat selain-Nya menempati lahan yang indah.

Sahabat, jadikan kebaikan kita mengakar kuat ke bumi dan terbang tinggi menggapai langit menuju pada-Nya. Wujudkan impian-impian dan jelajahilah sudut-sudut bumi yang telah dipersembahkan oleh Sang Pencipta. Namun, ingatlah pula bahwa sesungguhnya, tujuan kita adalah untuk menggapai ke langit, yaitu bertemu dengan kehidupan yang kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar