Kamis, 29 September 2011

Kisah Inspirasi "SEMANGKUK BAKMI PANAS"

Pada malam itu Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan
di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa
uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan
kedainya, lalu berkata,
"Nona,apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?"
"Ya, tetapi, aku tidak membawa uang." jawab Ana dengan malu-malu
"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu. " jawab si pemilik kedai,
"Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.
Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
" Ada apa,nona?" tanya si pemilik kedai.
"Tidak apa-apa. Aku hanya terharu..” jawab Ana sambil mengeringkan
air matanya.
"Bahkan seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi!,
tetapi, ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku,mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan
dengan ibu kandungku sendiri." katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik
nafas panjang dan berkata "Nona mengapa kau berpikir seperti
itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk
bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih
kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya."

Ana terhenyak mendengar hal tersebut.
"Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak
memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.”

Ana segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah:
"Ana, kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan
makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang".

Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis di hadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang
lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan
kepada kita.
Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga),
khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima
kasih kepada mereka seumur hidup kita.

RENUNGAN:
BAGAIMANA PUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN
SUATU PROSES ALAMI YANG BIASA SAJA, TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN ORANGTUA KITA ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR.
PIKIRKANLAH HAL ITU…
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar